Artikel Biografi Tokoh

Mengenal Sosok KH. M. Hasyim Asy’ari

0
Please log in or register to do it.

Muhammad Hasyim merupakan putra ketiga dari 11 bersaudara. Beliau adalah putra dari Kiai Asy’ari bin Kiai Abdul Wahid bin Kiai Abdul Halim yang berasal dari Demak. Kiai Asy’ari adalah menantu dari Kiai Usman yang dijodohkan dengan putrinya bernama Halimah alias putri Winih. Dari pernikahan ini lahirlah Muhammad Hasyim Asy’ari.

Kiai Hasyim lahir pada tanggal 14 Februari 1871 dari keluarga yang memiliki perhatian penuh terhadap ilmu agama dan pengayom masyarakat. Keluarga Kiai Hasyim dikenal keluarga pesantren yang sangat perhatian dengan pendidikan agama.

Muhammad Hasyim Asy’ari dibesarkan sejak kecil sampai berusia 14 tahun dalam asuhan orang tua dan kakeknya, yakni Kiai Usman di Pesantren Gedang. Ketidakpuasan dan dahaga yang sangat terhadap ilmu membuat ia berkeinginan untuk mencari sumber pengetahuan lain di luar pesantren ayahnya. Oleh sebab itu, semenjak usia 15 tahun, ia berkelana menuntut ilmu ke berbagai pesantren di tanah Jawa dan Madura.

Di antara pesantren yang dikunjungi adalah pesantren Wonokoyo, Pesantren Langitan, Pesantren Tenggilis, Pesantren Kademangan di bawah asuhan Syaikhana Khalil, Selanjutnya Kiai Hasyim pindah ke Pesantren Siwalan di bawah asuhan KH. Ya’qub.

Selain itu, ada beberapa ulama yang teridentifikasi sebagai guru ketika Kiai Hasyim berada di Tanah Hijaz di antaranya adalah: Syaikh Mahfudh Tremas, Syaikh Nawawi Banten, Sayyid Alawi bin Abbas Al-Maliki, Shaikh Ahmad Amin Al-Attar, Sayyid Sultan bin Hashim, Sayyid Ahmad bin Hasan al-Attas, Sayyid Abdullah al-Zawawi, Shaikh Sultan Hashim Dagestani.

Sedangkan beberapa ulama yang menjadi murid beliau di antaranya, KH. Abd Wahab Hasbullah, KH. Bisri Syansuri, KH. Achmad Djazuli, KH. Idris Kamali, KH. Adlan Aly, KH. Maksum bin Aly, KH. Romly Tamim, KH. Syansuri Badawi, KH. Abu Fadhol, KH. Achmad Siddiq, KH. Mahfudh Siddiq, dan para ulama yang teridentifikasi ngaji kitab Sahih Bukhari Muslim kepada beliau.

Kiai Muhammad Hasyim Asyari dikenal sebagai pendiri jamiyyah Nahdlatul Ulama yang produktif menulis. Terbukti beliau memiliki beberapa karya di antaranya adalah: Risalah Ahlussunnah wal Jamaah, Attibyan, Adabul Alim wal-Mutaallim, Al-Qalaid, Ziyadah Ta’liqat, Annur al-Mubin, Risalah Al-Jasus, dan lain-lain. Beliau wafat pada tanggal 2 Juli 1947 dan dimakamkan di area pesantren Tebuireng Jombang.

Saat Peti Manuskrip Ulama Padangan Ditemukan
Menjaga Kerukunan Meskipun Berbeda Pendapat