Artikel Biografi Tokoh Pemikiran

Syaikh Abdul Hamid Kudus dan Hubungannya dengan C. Snouck Hurgronje

0
Please log in or register to do it.

Oleh: A. Ginanjar Sya’ban

Hari Ahad (13/07/2025) nanti, di kota Kudus (Jawa Tengah) akan digelar serangkaian acara penting, yaitu seminar nasional bertema “Syaikh Abdul Hamid Kudus dan Jejak Ulama Nusantara dalam Belantika Keilmuan Islam”, sekaligus pameran mengenai “Syaikh Abdul Hamid Kudus dan Jejak Ulama Kudus”, juga “Kick Off Jelajah Turots Nusantara”.

Acara tersebut diselenggarakan oleh Nahdlatut Turots, dengan dukungan dari PBNU, Yayasan Menara Kudus, UIN Sunan Kudus, juga Pemerintahan Kabupaten Kudus.

Sebagaimana dimaklumi, bahwa Syaikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Kudus (1860–1916) merupakan seorang ulama besar dunia Islam yang mengajar di Masjidil Haram dan berkarir di kota suci Makkah pada peralihan abad ke-19 dan 20 M.

Abdul Hamid Kudus juga tercatat sebagai mahaguru ulama Nusantara pada zamannya, satu generasi dengan sejumlah nama besar asal Nusantara di Tanah Suci lainnya, seperti Syaikh Ahmad Pattani (w. 1908), Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau (w. 1915), Syaikh Mahfuzh Tremas (w. 1920), Syaikh Nahrawi Banyumas (w. 1927), dan Syaikh Mukhtar Bogor (w. 1930).

Syaikh Abdul Hamid Kudus juga menulis sejumlah karya dalam berbagai bidang disiplin keilmuan Islam, dan hampir kesemuanya berbahasa Arab.

Karya-karya tersebut dicetak sejak akhir abad ke-19 di Makkah, Kairo, Bombay, termasuk di Indonesia. Di antara karya Syaikh Abdul Hamid tersebut adalah: “Lathâif al-Isyârât fî Syarh Tashîl al-Thuruqât fî Nazhm al-Waraqât” (dalam bidang ushul fiqih, penjelasan atas teks “Tashîl al-Thuruqât” karya Syaikh Syaraf al-Dîn al-‘Imrîthî [w. 1595]); “al-Anwâr al-Saniyyah fî Syarh al-Durar al-Bahiyyah” (dalam bidang ilmu fiqih, penjelasan atas teks “al-Durar al-Bahiyyah” karya Sayyid Bakrî Syathâ [w. 1891]); “Irsyâd al-Mubtadî fî Syarh Kifâyah al-Mubtadî” (dalam bidang teologi, penjelasan atas teks “Kifâyah al-Mubtadî” karya Syaikh Muhammad ‘Alî Kudus atau ayahnya sendiri); “Fath al-Jalîl al-Kâfî fî al-‘Arûdh wa al-Qawâfî” (dalam bidang ilmu puisi Arab); “Kanz al-Najâh wa al-Surûr fî al-Ad’iyyah allatî Tusyrih al-Shudûr” (himpunan do’a); “al-Dzakhâ’ir al-Qudsiyyah fî Ziyârah Khair al-Bariyyah” (biografi Nabi Muhammad dan manual ziarah makam Nabi Muhammad); “al-Tuhfah al-Mardhiyyah fî Hukm Tafsîr wa Tarjamah al-Qur’ân bi al-‘Ajamiyyah” (hukum menafsirkan dan menerjemahkan al-Qur’an ke dalam bahasa non-Arab).

Himpunan transmisi intelektual dan juga sanad keilmuan Syaikh Abdul Hamid Kudus yang tersambung dengan guru-gurunya terhimpun dalam karya berjudul “al-Mafâkhir al-Saniyyah fî al-Asânid al-‘Aliyyah al-Qudusiyyah”. Karya ini terbilang penting, karena menghimpun jalur-jalur mata rantai dan sanad keilmuan yang bersifat ‘alî (sanad berkualitas tinggi), yang juga dapat disandingkan dengan himpunan sanad keilmuan Syaikh Mahfuzh Tremas yang berjudul “Kifâyah al-Mustafîd li Mâ ‘Alâ min al-Asânîd”.

Kajian biografis mengenai sosok Syaikh Abdul Hamid Kudus sudah banyak tercatat dalam berbagai kamus biografi berbahasa Arab, semisal “Siyar wa Tarâjim” karya ‘Abd al-Jabbâr, “Mukhtashar Nasyr al-Nûr” karya Abû al-Khair, “al-Jawâhir al-Hisân” karya Zakariyyâ Billâ, “Mu’jam al-Mu’allifîn” karya Kuhhâlah; termasuk dalam sejumlah kamus biografi yang dibuat oleh Syaikh Yasin Padang (w. 1991), seorang ulama besar hadits dunia Islam asal Nusantara.

Namun, masih sedikit kajian mengenai sosok Syaikh Abdul Hamid Kudus yang ditinjau dari sumber-sumber dokumen manuskrip yang tersimpan di Belanda.

Di sini, alfaqir ingin sedikit menuliskan ulasan terhadap sejumlah “dokumen Belanda” yang berkaitan dengan sosok Syaikh Abdul Hamid Kudus tersebut.

Penelusuran terhadap dokumen-dokumen tersebut menghantarkan pada sebuah temuan menarik, yaitu adanya hubungan antara Syaikh Abdul Hamid Kudus dengan C. Snouck Hurgronje (1857–1936), seorang ilmuwan dan orientalis kontroversial yang pernah memangku jabatan penasihat pemerintahan kolonial Hindia Belanda untuk urusan pribumi. Snouck juga tercatat pernah bermukim di Hijaz (Jeddah dan Makkah) sepanjang tahun 1884-1885.


Relasi Syaikh Abdul Hamid dengan C. Snouck Hurgronje

Dalam manuskrip bernomor kode UBL Or. 8952 A 12, berupa surat yang ditulis oleh Rd. Aboe Bakar Djajadiningrat dari Jeddah, kepada C. Snouck Hurgronje di Batavia, bertarikh 19 Maret 1897, disinggung sosok Syaikh Abdul Hamid Kudus dan hubungannya dengan Snouck.

Pada masa itu, Syaikh Abdul Hamid Kudus tercatat sebagai seorang alim yang mengajar di Makkah, sementara Snouck sebagai penasihat pemerintahan kolonial Hindia Belanda untuk urusan pribumi yang berkedudukan di Batavia.

Dalam surat tersebut, disinggung juga peran yang dimainkan oleh Syaikh Abdul Hamid Kudus yang membantu Snouck, dalam upaya mengkurasi sejumlah literatur dan mengumpulkan beberapa kitab dari Makkah, lalu mengirimkannya kepada Snouck di Batavia. Tertulis di sana:

مرغوبكم تحصيل كتب جديدة إن شاء الله إذا توجّهتُ الى مكة أفتّش ذلك. كون أني نحو سنة كأهله ما طلعتُ مكة، يا لطيف من هذا الرباط مثل حبس … والحال ذلك بواسطة العالم عبد الحميد قدوس

Artinya: Kehendak Tuan untuk mendapatkan sejumlah kitab baru, insyaAllah, ketika saya pergi ke Makkah, saya akan mencarikannya untuk Tuan. Keadaan saya, hampir setahun ini [?], saya tidak pernah pergi ke Makkah. Yâ Lathîf atas keadaan ini, seumpama tawanan … Hal [terkait upaya mengkurasi kitab-kitab] tersebut akan dilakukan melalui perantara seorang alim bernama Abdul Hamid Kudus

Dokumen lainnya adalah manuskrip UBL Or. 8952 A 849, berupa surat bertarikh 20 Desember 1889, yang ditulis oleh Ahmad bin Muhammad Ali Kudus di Makkah, untuk Konsul Belanda di Jeddah (J.A. Kruijt). Surat tersebut ditulis dalam bahasa Arab dan berisi laporan mengenai status dua orang jema’ah haji. Satu orang sudah meninggal dunia, sementara satu lainnya masih hidup.

Surat lain yang berisi laporan serupa juga pernah dibuat oleh Syaikh Yahya bin Ahmad Khatib Sambas dan juga Syaikh Abdul Syakur Surabaya di Makkah; kedua-duanya untuk Konsul Belanda di Jeddah, pada tarikh yang tidak berjauhan.

Tampaknya, sosok Ahmad bin Muhammad Ali Kudus adalah seorang syaikh jemaah haji, dan kemungkinan besar masih terhubung dalam ikatan kekerabatan dengan Syaikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Kudus.

Ada juga sebuah manuskrip berjudul “al-Tuhfah al-Mardhiyyah fî Hukm Tarjamah al-Qur’ân bi al-‘Ajamiyyah”, karya Syaikh Abdul Hamid Kudus, ditulis di Makkah, berisi tinjauan hukum penerjemahan al-Qur’an dalam bahasa non-Arab (‘ajam).

Dalam titimangsa, disebutkan jika karya tersebut ditulis pada tahun 1323 Hijri (1905 Masehi). Saat ini, manuskrip tersebut tersimpan di Perpustakaan Masjidil Haram, Makkah. Manuskrip “al-Tuhfah al-Mardhiyyah” karya Syaikh Abdul Hamid Kudus ini berhubungan dengan karya berjudul “Hukm al-Rahmân bi al-Nahy ‘an Tarjamah al-Qur’ân” yang ditulis oleh Sayyid Usman bin Yahya (w. 1914), mufti Arab Batavia yang juga menjadi sahabat dekat Snouck.

Menariknya, baik “al-Tuhfah al-Mardhiyyah” karya Syaikh Abdul Hamid Kudus, atau pun “Hukm al-Rahmân” karya Sayyid Usman Batavia, keduanya berhubungan dengan isu karya tafsir al-Qur’an berbahasa dan aksara Jawa yang ditulis oleh Kiyai Bagus Ngarpah dari Kasunanan Surakarta Hadiningrat, dicetak tahun 1905.

Sayyid Usman, dalam suratnya kepada Snouck bertarikh 25 Juli 1909, tercatat pernah mengadukan sosok Kiyai Bagus Ngarpah dan juga karya tafsir al-Qur’an berbahasa dan aksara Jawa yang ditulisnya itu.

Terdapat pula dokumen lainnya, yaitu manuskrip UBL Or. 6977 koleksi C. Snouck Hurgronje, berupa salinan kitab “Khullâshah al-Kalâm fî Umarâ Balad Allâh al-Harâm” karya Sayyid Ahmad bin Zainî Dahlân (w. 1886), Grand-Mufti madzhab Syafi’i di Makkah yang juga guru dari Syaikh Abdul Hamid Kudus.

Karya tersebut berisi kajian atas sejarah kota suci Makkah dan juga para penguasanya. Pada bagian terakhir manuskrip itu, terdapat keterangan jika karya tersebut telah disempurnakan oleh Syaikh Abdul Hamid Kudus.

Tulisan tangan yang berisi catatan penyempurnaan yang dibuat oleh Abdul Hamid Kudus atas karya Khullâshah al-Kalâm itu terdiri dari 9 (Sembilan) halaman, bertitimangsa 1330 Hijri (1913 Masehi).

Di tahun tersebut (1913), Syaikh Abdul Hamid masih menjadi pengajar di Makkah, sementara Snouck sudah kembali ke Belanda dan menjadi guru besar di Universitas Leiden.

Pada tahun 1913-1914, selain Syaikh Abdul Hamid Kudus, terdapat seorang ulama asal Kudus lainnya yang juga mengajar di Masjidil Haram di Makkah, yaitu Kiyai Asnawi Kudus. Informasi karir kepengajaran Kiyai Asnawi Kudus di Makkah ini terkonformasi dalam dokumen Bedevaart Verslag 1914/1915 (dikutip oleh Putuhena, 2003: lampiran IV). Kelak, setelah kepulangannya ke tanah air, Kiyai Asnawi Kudus ikut terlibat dalam pendirian organisasi Nahdlatul Ulama pada tahun 1926.


Ala kulli hâl, masih ada beberapa lagi dokumen-dokumen sejarah lainnya yang terkait dengan Syaikh Abdul Hamid Kudus yang hingga saat ini masih belum “terjamah”.

Di antaranya adalah sekelompok manuskrip yang berisi kumpulan ijâzah yang didapati oleh Syaikh Abdul Hamid Kudus dari guru-gurunya, seperti ijâzah dari Syaikh Muhammad bin Ahmad Zaqzûq al-Syâdzilî al-Rasyîdî al-Mishrî; juga dari Syaikh Muhammad al-Bannâ al-Hanafî al-Sakandarî (mufti Alexandria); dari Syaikh Sulaimân bin ‘Abd al-Rahmân al-Ahdal; dari Sayyid Ahmad bin Zainî Dahlân; dan lain-lain. Dokumen-dokumen tersebut tersimpan di sejumlah perpustakaan di Kerajaan Saudi Arabia.

Setelah kewafatannya di tahun 1916, Syaikh Abdul Hamid Kudus meninggalkan sejumlah literatur dan warisan pembendaharaan lama (turâts) dalam jumlah yang cukup besar, yang saat ini menjadi bagian dari koleksi Perpustakaan Makkah al-Mukarramah di Saudi Arabia.

Pada acara di Kudus hari Ahad nanti, akan dilaunching juga kitab karya Syaikh Abdul Hamid Kudus yang selama ini “hilang”, berjudul “Fath al-‘Alî al-Karîm fî Maulid al-Nabî al-‘Azhîm” atau “Maulid Syaikh Abdul Hamid Kudus”, yang upaya pengkurasian, pen-tahqiq-an, dan penerbitannya dilakukan oleh tim Nahdlatut Turots.

Selamat kepada rekan-rekan Nahdlatut Turots yang telah bekerja keras mengupayakan karya luar biasa ini: Gus Nanal Ainal Fauz Ayung Notonegoro Ahmad Karomi Wasid Mansyur Lora Usman dan lain-lain.

Wallahu A’lam
Buitenzorg, 15 Muharram 1447 H
Alfaqir A. Ginanjar Sya’ban

Keterangan gambar (searah jarum jam): Surat Rd. Aboe Bakar Djajadiningrat untuk Snouck bertarikh 19 Maret 1897. Manuskrip tersimpan di UB Leiden; Halaman pertama dari catatan penyempurnaan yang ditulis oleh Syaikh Abdul Hamid Kudus atas “Khullâshah al-Kalâm” karya Sayyid Ahmad bin Zainî Dahlân. Catatan penyempurnaan Syaikh Abdul Hamid Kudus tersebut bertahun 1913. Manuskrip tersimpan di UB Leiden; Surat Ahmad bin Muhammad Ali Kudus di Makkah untuk Konsul Belanda di Jeddah, bertarikh 20 Desember 1889. Besar kemungkinan sosok Ahmad bin Muhammad Ali Kudus ini adalah saudara dari Syaikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Kudus. Manuskrip tersimpan di UB Leiden; Halaman pertama dan kedua dari manuskrip risalah “al-Tuhfah al-Mardhiyyah” karya Syaikh Abdul Hamid Kudus. Manuskrip tersimpan di Perpustakaan Masjidil Haram, Makkah.

Meneladani Syaikh Abdul Hamid Kudus
Inilah Doa dan Amalan di Bulan Muharram dari Syekh Abdul Hamid Kudus

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *